Tekno, Jakarta - Studi genetik para peneliti di Lembaga Eijkman, bekerja sama dengan lembaga riset dunia, menunjukkan kelompok masyarakat di Alor dan Papua dinilai lebih tua dari populasi penduduk di bagian barat Indonesia. Jika durasi menetap diperhitungkan sebagai ukuran menakar pribumi, leluhur masyarakat Alor dan Papua sudah lebih lama menjelajah di Nusantara.

“Nenek moyang orang Alor dan Papua itu masuk lebih dulu ke Nusantara sekitar 50 ribu tahun lalu,” ujar Herawati Sudoyo, Deputi Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dalam tulisan Majalah Tempo, Melacak Leluhur Lewat DNA, edisi 30 Januari 2017.  

Baca: Siapa Pribumi Asli Indonesia? Penelitian Eijkman Menjawabnya

Peneliti dari Universitas Toulouse, Francois-Xavier Ricaut, mengatakan marka gen orang Papua sebenarnya masih tersisa di tubuh penduduk Indonesia bagian barat. Ini merupakan sisa jejak pergerakan para nenek moyang austromelanesia yang bergerak ke barat, “Atau ada jejak dari pergerakan orang-orang yang menuju timur dan bercampur di sana,” kata Ricaut.  

Nicolas Brucato, peneliti dari Laboratorium Antropologi Molekuler dan Sintesis Citra (AMIS), Universitas Toulouse, Prancis, menyatakan warisan genetik orang Indonesia dipengaruhi oleh aktivitas jaringan perdagangan. Dalam presentasinya di Lembaga Eijkman pada November lalu, Brucato mengatakan jalur laut Samudera Hindia dan kawasan kepulauan Indonesia menjadi perlintasan para pedagang dari Afrika barat, India, dan Cina lebih dari 2.000 tahun. 

Perkawinan campur antar etnis dan pertukaran kebudayaan turut menyertai aktivitas perdagangan. Jejak kelompok Austronesia, rumpun nenek moyang orang Asia Tenggara, juga terdapat di kawasan Madagaskar. Brucato mengatakan sekitar 40 persen genom orang Malagasi, kelompok etnis yang membentuk populasi Madagaskar saat ini, diturunkan dari orang Indonesia.

Penelitian antropologi menunjukkan bahasa orang Malagasi berakar dari bahasa orang Dayak Ma’anyan yang ada di Kalimantan bagian tenggara. Namun, genetik orang Malagasy justru lebih dekat kepada orang Banjar yang juga berasal dari kawasan yang sama dengan Dayak Ma’anyan. “Tidak ada korelasi antara warisan genetik dan bahasa orang Dayak Ma’anyan di masyarakat Malagasy,” kata Brucato. “Namun masyarakat sana menganggap orang Indonesia sebagai saudara.”

GABRIEL WAHYU TITIYOGA | EZ

Baca:
Bos Apple dan Google Kecewa Kebijakan Imigrasi Donald Trump
Hamster Prancis Jadi Kanibal karena Budidaya Jagung
7 Langkah Penting untuk Lindungi Privasi di Era Online