Bisnis, BANDUNG –Hera Susanti, 28 tahun, sudah kenyang dengan ujian khas yang kerap dihadapi pengusaha baru. Tak punya penghasilan setelah keluar dari pekerjaan tetap, merugi berkali-kali, hingga mendapat tanggapan sinis dari orangtua sendiri. “Saya berhenti kerja tanpa sepengetahuan bapak,” kata Hera di Rancaekek, Kabupaten Bandung, pekan terakhir Januari lalu.

Baca : Toto Nugroho Presiden Direktur Pertagas

Hera adalah pemilik Mimoy’s, produsen sandal busa padat (ethylene-vinyl acetate/ EVA) aneka warna dan corak asal Rancaekek.

Sang bapak menganggap bekerja adalah menjadi pegawai. Kuliah Hera dianggap sia-sia bila tak jadi pegawai. “Bapak selalu cerewet menyuruh saya cepat melamar kerja lagi,” kata Hera. Pertengahan 2012, Hera keluar dari perusahaan produsen alat peraga pendidikan di Bandung. Sinisme sang bapak juga menjalari sanak famili Hera yang lain. “Ada saudara yang menawari saya usaha di bidang jasa saja.”

Baca : Anak Sang Pendekar Bodoh Lesatkan Bisnis Resto DCost

Bisnis awal Hera saat itu memang tak layak dibanggakan. Hera berjualan cilok goreng. Dia juga sempat jualan awug. Keduanya menggunakan gerobak dorong dan sama-sama bangkrut. Dua usaha itu dia lakoni bersama Zaki Mukhidin, pacar Hera, kini 29 tahun.

Peruntungan Hera baru terbuka pada pertengahan 2013. Suatu hari, teman lelaki, tepatnya mantan pacar Hera, memberinya sepasang wedges warna-warni, sandal dengan sol tebal di bagian tumit. Wedges itu selalu menarik perhatian teman-teman Hera lainnya. “Pada tanya beli di mana?”

Baca : Jatuh-Bangun Rio Dewanto Merintis Bisnis

Hera menangkap pertanyaan berulang itu sebagai peluang. Bekas agen multilevel marketing ini kemudian menanyakan kepada mantannya asal produsen wedges. Didapatilah sebuah toko di Majalengka, Jawa Barat. Setelah ketemu, Hera memulai kulakan wedges dengan modal awal dari tabungan sendiri Rp 750 ribu.

Hera kulakan wedges dari Majalengka bersama pacarnya, Zaki. Pesanan makin banyak dan membuat keduanya kewalahan. Pemilik toko di Majalengka menyarankan Hera memproduksi sandal sendiri saja.

Keluarga Zaki saat itu punya sebuah rumah dan toko nganggur di kawasan Jalan Raya Rancaekek-Majalaya. Akhir 2013, Zaki mempermak ruko itu jadi pabrik mini Mimoy’s. “Modal awalnya Rp 4,5 juta. Setengahnya dari menjual gerobak cilok dan awug itu,” kata Zaki.

Baca : Amelia Rachim, Desainer Perhiasan Indonesia Moncer di Italia

Pada pekan terakhir Januari lalu, lima orang sedang bekerja di ruko satu lantai yang disekat jadi tiga ruang itu. Ada yang membuat dan memotong pola, ‎mengelem bahan baku, menggerinda busa, merapikan sandal yang sudah jadi, hingga mengemas berkarung-karung sandal yang bakal dikirim ke agen.

Awalnya Hera dan Zaki dibantu dua pekerja. Kini pekerjanya sudah lima. Tapi Zaki masih ikut mengelem dan menyatukan busa, sementara Hera sibuk dengan stok sandal jadi dan buku catatan. Dari ruko satu lantai bersekat tiga itu, empat ribu pasang sandal berhasil dibuat tiap bulan. Sementara untuk urusan penjualan, mereka berdua masih mengandalkan situs online, instagram, agen dan reseler. Sandal Mimoy’s kini sudah tersebar ke ke Pontianak, Binjai, dan kota-kota lainnya di Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

Agar harga sandal Mimoys terjaga, Hera menerapkan kebijakan harga eceran tertinggi. Agen dan reseler hanya dibolehkan menjual paling mahal Rp 35-50 ribu per pasang. Dengan kebijakan itu, Hera mampu mengantongi pendapatan Rp 80 juta saban bulan. Kunci usahanya, kata Hera, inovasi. Setiap bulan, Mimoys selalu mengeluarkan model terbaru.  Agen Mimoy’s untuk area Bogor, Widianingsih, mengatakan harga dan kualitas sandal bikinan Hera sepadan. Para pelanggan juga senang dengan motif-motif terbaru Mimoy’s. “Nggak monoton karena setiap bulan ada model baru,” kata Widia.

 Hera berencana merambah segmen menengah ke atas dengan kualitas bahan baku lebih tinggi dari busa EVA pada tengah tahun ini. Hera dan Zaki juga membuka masuknya investor baru. “Tapi investor yang mau membuatkan pabrik besar. Kalau cuma ratusan juta rupiah kami masih bisa,” kata Zaki. Hera dan Zaki sempat mendapat kucuran pinjaman Rp 25 juta dari Bank Rakyat Indonesia dan utang itu akan lunas bulan ini.

Dimulai dengan sinisme bapak, Hera kini sudah mengantongi restu orangtua untuk jadi pengusaha. Restu dari sang bapak sebetulnya sudah keluar sejak 2015, ketika Hera memberangkatkan ibu dan ibu mertuanya umrah. Dari sandal pemberian sang mantan itu pula, Hera bisa menghidupi keluarga kecilnya bersama Zaki. Hera dan Zaki menikah pada September 2014 lalu, setahun setelah mereka memulai memproduksi sandal Mimoy’s.

PUTRA PRIMA PERDANA (BANDUNG) | KHAIRUL ANAM