Metro, Bekasi - Proyek pembangunan kereta ringan bertenaga angin atau aeromovel di Kota Bekasi, Jawa Barat molor. Sebabnya, pihak investor yang bakal menggarap proyek tersebut mundur lantaran tak memiliki anggaran yang cukup.

"Anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 2 triliun," kata Wakil Wali Kota Bekasi, Ahmad Syaikhu, Ahad, 19 Maret 2017. Sebelumnya, tiga perusahaan yang menjadi konsursium antara lain PT Publik Privat Partnership Indonesia, PT. Cakar Bumi Intergritas, dan PT. Intiadi Dwi Mitra siap melakukan pembangunan.

Namun, setahun melakukan uji kelayakan, tidak ada kabar selanjutnya. Karena itu, pemerintah terpaksa membatalkan kerja sama dengan pihak ke tiga tersebut untuk melakukan pembangunan kereta jenis aeromovel tersebut. "Kesulitan kami ialah menghadirkan investor, karena biayanya cukup besar," kata Syaikhu.

Baca: Bekasi Mau Pakai Kereta Angin, Pengamat: Tak Cocok

Belakangan, menurut Syaikhu, investor asal Korea melirik proyek tersebut. Ia enggan menyebutkan identitas perusahaan tersebut, Syaikhu berdalih bahwa perusahaan itu tengah melakukan uji kelayakan. "Kami sudah memaparkan, mereka tengah mempertimbangkan," ujar Syaikhu.

Syaikhu menambahkan, keberadaan kereta angin tersebut dianggap membawa nilai positif. Hasil kajian pemerintah, bahwa kereta itu mampu mengurai kemacetan dan memangkas perjalanan penggunanya di tengah perkotaan. "Lintasan aeromovel tidak mengurangi beban jalan yang ada," kata Syaikhu.

Sesuai rencana, kata dia, aeromovel membentang dari Perumahan Kemang Pratama hingga ke Harapan Indah melintas jalan Ahmad Yani, Sudirman, dan Sultan Agung. Aeromovel juga terintegrasi dengan Transjakarta serta kereta commuterline. "Setidaknya bisa mengurangi 40 persen kemacetan di jalur tersebut," kata Syaikhu.

Menurut dia, kereta tersebut mempunyai kapasitas 300 penumpang sekali jalan. Lintasannya sendiri sekitar 12 kilometer melayang sekitar lima meter di atas permukaan tanah. "Masyarakat sangat membutuhkan kereta angin tersebut," ujar dia.

Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kota Bekasi, Reynol Tambunan mengatakan, pemerintah harus segera merealisasikan angkutan massal bertenaga angin tersebut. Sebab, kemacetan di Kota Bekasi semakin parah. "Rekayasa yang dilakukan pemerintah malah memindahkan titik kemacetan," kata dia.

Reynol mengatakan, jika moda transportasi tersebut selesai dikerjakan, pemerintah harus mengajak warga Bekasi menggunakannya. Sebab, hal itu bisa memindahkan masyarakat pengguna kendaraan pribadi pindah ke angkutan umum. "Jumlah kendaraan terus bertambah, tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan," ucap Reynol.

ADI WARSONO