Dunia, London - Pelarangan alat elektronik atau gadget yang lebih besar dari telepon genggam --termasuk laptop, tablet, e-reader, kamera-- ke dalam pesawat oleh beberapa penerbangan ke Amerika Serikat dan Inggris dari beberapa negara Timur Tengah dan Afrika, telah membuat cemas banyak pihak termasuk orangtua.

Seperti dilansir BBC, Rabu 22 Maret 2017, setidaknya itu tergambar dari keluhan yang diunggah ke media sosial oleh beberapa orangtua.

Baca: Inggris Larang Alat Elektronik Pada Penerbangan 6 Negara Muslim

Seorang ibu menyesalkan keputusan itu yang akan berdampak pada psikologi anaknya yang dikhawatirkan akan bosan dalam penerbangan yang memakan waktu berjam-jam lamanya.

"@realDonaldTrump Ini tidak masuk akal," tulis salah satu pengguna Twitter . "Balita saya tidak bisa melakukan perjalanan bermil-mil jauhnya tanpa memainkan iPad."

Yang lain menuliskan,"Membuat anak-anak duduk selama 14 jam penerbangan tanpa layar untuk mengalihkan perhatian adalah bentuk terorisme." 

Para orangtua tersebut panik terhadap kebijakan itu dimana mereka selama ini menggunakan layar elektronik untuk membunuh rasa bosan anak-anak mereka dalam penerbangan jarak jauh.

Sejak Federal Aviation Administration mengumumkan bahwa barang elektronik bisa dibawa masuk ke pesawat pada 2013, perangkat tersebut telah dijadikan sebagian besar orang tua untuk menghibur anak-anaknya dalam perjalanan yang bisa memakan waktu hingga 16 jam atau lebih.

Baca: Peralatan Elektronik Dilarang dalam Penerbang ke AS

Beberapa saran telah diberikan untuk menggantikan peran gadget untuk memberi hiburan selama perjalanan, termasuk mewarnai, membaca buku, bermain teka-teki serta hingga bermain dengan papan mini. 

Pada awal pekan lalu, Amerika Serikat secara mengejutkan memberlakukan pelarangan tersebut kepada sekitar 10 negara terutama dari Timur Tengah dan Afrika membawa perangkat-perangkat elektronik dalam pesawat menuju ke negara itu.

Kebijakan yang sama juga diikuti Inggris pada Selasa yang menerapkan larangan membawa gadget pada penerbangan dari 6 negara dari Timur tengah dan Afrika seperti Turki, Lebanon, Mesir, Arab Saudi, Jordania dan Tunisia.

Aturan ini dikeluarkan dengan alasan adanya ancaman teror melalui penggunaan peralatan elektronik yang dilarang tersebut.

Aturan baru ini dipicu oleh insiden serangan bom komputer jinjing Boko Haram dalam sebuah penerbangan dari Somalia. Bom itu meledak dengan daya kecil, tetapi berhasil melubangi kabin di dalam pesawat.

Pakar penerbangan mengingatkan, jika bom ini terjadi saat pesawat berada dalam posisi sangat tinggi, ledakan akan sangat berbahaya dan mematikan.

BBC | YON DEMA