Travel, Jakarta - Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar, Dr. Ida Bagus Nyoman Mantra mengatakan masyarakat telah melakukan inovasi terhadap kesenian Genjek sehingga tak lagi identik dengan perkumpulan orang yang suka mabuk. “Kesenian olah vokal itu juga dikemas sedemikian rupa sehingga mampu menarik wisatawan mancanegara,” kata mantra, Selasa.

 

Ia mengatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam Seminar  bertema: "Tontonan Pariwisata Seni Genjek: Dilema Menghapus Citra Pertunjukkan Mabuk" di Fakultas Ilmu Sastra dan Budaya Universitas Udayana di Denpasar. Selain Mantra, tampil pula IBW Widiasa Keniten, sastrawan Bali.

 

Genjek adalah kesenian khas Kabupaten Karangasem, Bali timur. Jenis kesenian ini bahkan berkembang hingga ke mancanegara seperti Belanda dan Belgia, disamping menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.

Genjek merupakan genre seni kerawaitan Bali yang menggunakan vokal sebagai sumber bunyi utama. Biasanya dilakukan oleh 10 hingga 20 orang pemain yang duduk melingkar  lalu menyanyi disertai gerakan tubuh yang menghasilkan sebuah paduan bunyi. Dalam permainan ini satu orang bertindak sebagai pembawa melodi sekaligus komando dan satu orang sebagai pemegang ritme.

 

Mantra  pengembangan kesenian tersebut mampu memberikan dampak ekonomi kepada seniman. “Selain itu juga untuk melestarikan kesenian Genjek yang merupakan salah satu aset Bali dan Indonesia.”

Ida Bagus Nyoman Mantra menilai, masyarakat telah melakukan inovasi kesenian "Genjek" lewat perpaduan dengan tari tradisonal joged dan kolaborasi dengan tari api. “Upaya tersebut menghasilkan pertunjukkan yang lebih menarik dapat meningkatkan partisipasi para penonton dengan ikut menari (ngibing).”

ANTARA